Diantara dua pilihan SURGA atau NERAKA
>> Agustus 18, 2010
Jika seseorang ditanya: mau masuk surga atau neraka; mau pahala atau siksa? Tentu semuanya mau masuk surga dan meraih pahala. Mungkin hanya orang bodoh yang ingin masuk neraka dan mendapatkan siksa.
Namun, sadarkah kita, keinginan masuk surga dan meraih pahala sering hanya dusta belaka? Bukankah sering keinginan itu hanya ada di lisan kita, tidak benar-benar berasal dari lubuk hati kita dan termanifestasikan dalam amal-amal kita?
Buktinya, tak sedikit orang justru melakukan amal-amal yang menjauhkan diri mereka dari kemungkinan masuk surga dan meraih pahala. Mereka malah makin mendekatkan dirinya ke neraka dan ‘memilih’ siksa. Di mulut mereka sangat ingin masuk surga dan enggan masuk neraka.
Namun kenyataannya, mereka enggan menunaikan shalat, tak mau melaksanakan kewajiban menuntut ilmu, tidak berbakti kepada orang tua, malas berdakwah, cuek terhadap kemungkaran, dll. Semua itu pasti akan menjaukan diri mereka dari surga dan malah bisa menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
Di lisan, mereka ingin pahala dan tak mau disiksa. Namun kenyataannya, mereka suka berbohong, berakhlak buruk, berlaku sombong dan merendahkan orang lain, memamerkan aurat, berzina, korupsi, memakan riba, mendzalimi orang lain, dll. Semua itu pasti mengundang siksa dan menjauhkan mereka dari pahala.
Maka dari itu, tentu benar sabda Baginda Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra., “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para Sahabat heran, bagaimana mungkin ada orang yang enggan masuk surga? Tentu tidak masuk akal!
Karena itu, mereka kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang enggan masuk surga?” Baginda menjawab, “Mereka yang menaatiku pasti bakal masuk surga. Sebaliknya, mereka yang tidak mau mengikutiku, itulah yang enggan masuk surga.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Pertanyaannya: Lebih banyak mana, yang mengikuti Rasulullah SAW atau yang menyimpang bahkan meninggalkan jalan beliau? Tentu lebih banyak yang terakhir. Artinya, sadar atau tidak, kebanyakan manusia ternyata ‘memilih’ neraka ketimbang surga.
Jika seseorang ditanya: pilih mana, melakukan amar makruf nahi mungkar atau mendapatkan azab Allah SWT? Tentu semua orang akan memilih yang pertama, tak akan ada yang memilih yang kedua. Mungkin hanya orang yang kurang akal alias tak waras yang memilih yang kedua dan enggan memilih yang pertama.
Namun, lagi-lagi, sadarkah kita, pilihan itu pun sering bohong belaka? Bukankah sering pilihan itu pun hanya ada di bibir kita, tidak benar-benar berasal dari kalbu kita, juga tidak benar-benar mewujud dalam amal-amal kita?
Buktinya, banyak di antara kita yang enggan melakukan amar makruf nahi mungkar; bahkan tak sedikit yang malah menjadi pelaku kemungkaran itu sendiri dan tidak banyak melakukan kemakrufan. Jika itu yang dilakukan, sadar atau tidak, mereka sesungguhnya sudah menjatuhkan pilihan pada yang kedua: azab!
Sebab, Baginda Rasulullah SAW sebagaimana dituturkan Hudzaifah bin al-Yaman, tegas menyatakan, “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau (memilih agar) Allah SWT menimpakan azab atas kalian, lalu kalian berdoa kepada-Nya, sementara Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Secara tersirat, pilihan untuk memilih antara amar makruf nahi mungkar dan azab Allah SWT juga disampaikan oleh Allah dalam hadis qudsi-Nya, saat Baginda Rasulullah SAW berkhutbah,
“Hai manusia, sesungguhnya Allah SWT telah berfirman: Suruhlah manusia berbuat baik dan cegahlah mereka dari berbuat mungkar sebelum datang masanya kepada kalian ketika kalian berdoa kepada-Ku, tetapi Aku tidak mengabulkan doa kalian; kalian meminta kepada-Ku, tetapi Aku tidak memberi kalian; dan kalian memohon pertolongan kepada-Ku, tetapi aku tidak menolong kalian.” ( H.R Ibn Majah dan Ibn Hibban, dalam kitab At-Targhîb ).
Dalam kitab tafsir Durr al-Mantsur, Imam as-Suyuthi menukil sebuah hadits senada dari penuturan Hudzaifah ra., bahwa Nabi SAW juga bersabda seraya bersumpah, “Tetaplah kalian menyuruh manusia berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat mungkar. Jika tidak, Allah pasti akan menurunkan azab yang pedih kepada kalian dan doa kalian tidak akan Dia kabulkan.” (HR at-Tirmidzi).
Banyak hadits yang serupa, yang intinya ‘memaksa’ kita untuk memilih: amar makruf nahi mungkar atau azab Allah SWT. Dalam hal ini, tidak ada pilihan ketiga, ‘jalan tengah’, ataupun sikap ‘netral’ alias tidak memilih.
Pertanyaannya : “Manakah saat ini yang lebih banyak dipilih manusia, amar makruf nahi mungkar ataukah azab Allah SWT…?”
Kenyataannya, diakui atau tidak, kebanyakan manusia meninggalkan amar makruf nahi mungkar, bahkan menjadi pelaku kemungkaran itu sendiri dan tidak banyak berbuat kemakrufan. Artinya, kebanyakan mereka ternyata ‘memilih’ azab! Na’ûdzu billâh min dzâlik..!”.
Namun, sadarkah kita, keinginan masuk surga dan meraih pahala sering hanya dusta belaka? Bukankah sering keinginan itu hanya ada di lisan kita, tidak benar-benar berasal dari lubuk hati kita dan termanifestasikan dalam amal-amal kita?
Buktinya, tak sedikit orang justru melakukan amal-amal yang menjauhkan diri mereka dari kemungkinan masuk surga dan meraih pahala. Mereka malah makin mendekatkan dirinya ke neraka dan ‘memilih’ siksa. Di mulut mereka sangat ingin masuk surga dan enggan masuk neraka.
Namun kenyataannya, mereka enggan menunaikan shalat, tak mau melaksanakan kewajiban menuntut ilmu, tidak berbakti kepada orang tua, malas berdakwah, cuek terhadap kemungkaran, dll. Semua itu pasti akan menjaukan diri mereka dari surga dan malah bisa menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
Di lisan, mereka ingin pahala dan tak mau disiksa. Namun kenyataannya, mereka suka berbohong, berakhlak buruk, berlaku sombong dan merendahkan orang lain, memamerkan aurat, berzina, korupsi, memakan riba, mendzalimi orang lain, dll. Semua itu pasti mengundang siksa dan menjauhkan mereka dari pahala.
Maka dari itu, tentu benar sabda Baginda Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra., “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para Sahabat heran, bagaimana mungkin ada orang yang enggan masuk surga? Tentu tidak masuk akal!
Karena itu, mereka kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang enggan masuk surga?” Baginda menjawab, “Mereka yang menaatiku pasti bakal masuk surga. Sebaliknya, mereka yang tidak mau mengikutiku, itulah yang enggan masuk surga.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Pertanyaannya: Lebih banyak mana, yang mengikuti Rasulullah SAW atau yang menyimpang bahkan meninggalkan jalan beliau? Tentu lebih banyak yang terakhir. Artinya, sadar atau tidak, kebanyakan manusia ternyata ‘memilih’ neraka ketimbang surga.
Jika seseorang ditanya: pilih mana, melakukan amar makruf nahi mungkar atau mendapatkan azab Allah SWT? Tentu semua orang akan memilih yang pertama, tak akan ada yang memilih yang kedua. Mungkin hanya orang yang kurang akal alias tak waras yang memilih yang kedua dan enggan memilih yang pertama.
Namun, lagi-lagi, sadarkah kita, pilihan itu pun sering bohong belaka? Bukankah sering pilihan itu pun hanya ada di bibir kita, tidak benar-benar berasal dari kalbu kita, juga tidak benar-benar mewujud dalam amal-amal kita?
Buktinya, banyak di antara kita yang enggan melakukan amar makruf nahi mungkar; bahkan tak sedikit yang malah menjadi pelaku kemungkaran itu sendiri dan tidak banyak melakukan kemakrufan. Jika itu yang dilakukan, sadar atau tidak, mereka sesungguhnya sudah menjatuhkan pilihan pada yang kedua: azab!
Sebab, Baginda Rasulullah SAW sebagaimana dituturkan Hudzaifah bin al-Yaman, tegas menyatakan, “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau (memilih agar) Allah SWT menimpakan azab atas kalian, lalu kalian berdoa kepada-Nya, sementara Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Secara tersirat, pilihan untuk memilih antara amar makruf nahi mungkar dan azab Allah SWT juga disampaikan oleh Allah dalam hadis qudsi-Nya, saat Baginda Rasulullah SAW berkhutbah,
“Hai manusia, sesungguhnya Allah SWT telah berfirman: Suruhlah manusia berbuat baik dan cegahlah mereka dari berbuat mungkar sebelum datang masanya kepada kalian ketika kalian berdoa kepada-Ku, tetapi Aku tidak mengabulkan doa kalian; kalian meminta kepada-Ku, tetapi Aku tidak memberi kalian; dan kalian memohon pertolongan kepada-Ku, tetapi aku tidak menolong kalian.” ( H.R Ibn Majah dan Ibn Hibban, dalam kitab At-Targhîb ).
Dalam kitab tafsir Durr al-Mantsur, Imam as-Suyuthi menukil sebuah hadits senada dari penuturan Hudzaifah ra., bahwa Nabi SAW juga bersabda seraya bersumpah, “Tetaplah kalian menyuruh manusia berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat mungkar. Jika tidak, Allah pasti akan menurunkan azab yang pedih kepada kalian dan doa kalian tidak akan Dia kabulkan.” (HR at-Tirmidzi).
Banyak hadits yang serupa, yang intinya ‘memaksa’ kita untuk memilih: amar makruf nahi mungkar atau azab Allah SWT. Dalam hal ini, tidak ada pilihan ketiga, ‘jalan tengah’, ataupun sikap ‘netral’ alias tidak memilih.
Pertanyaannya : “Manakah saat ini yang lebih banyak dipilih manusia, amar makruf nahi mungkar ataukah azab Allah SWT…?”
Kenyataannya, diakui atau tidak, kebanyakan manusia meninggalkan amar makruf nahi mungkar, bahkan menjadi pelaku kemungkaran itu sendiri dan tidak banyak berbuat kemakrufan. Artinya, kebanyakan mereka ternyata ‘memilih’ azab! Na’ûdzu billâh min dzâlik..!”.
0 comments:
Posting Komentar